Enter your keyword

e m j e _

Viewer

Website counter

Kamis, 23 Maret 2017

Kenakalan Remaja

By On 22.36

REMAJA

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Periode ini dimulai dari umur 10-12 tahun hingga umur 18-22 tahun. Pada waktu ini, manusia mengalami perubahan fisik dan psikologis. Pada umumnya, remaja memiliki sifat yang belum labil. Sehingga remaja seringkali mudah terpengaruh dengan orang lain. Perkembangan remaja tergantung dengan lingkungan sekitarnya. Jika lingkungan sekitarnya atau pergaulannya nakal, anak akan terpengaruh dan akan membuat masalah besar, atau biasa kita sebut "Kenakalan remaja"
Berikut adalah salah satu contoh kenakalan remaja:

PENGGUNAAN NARKOBA

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Berikut adalah contoh beberapa Narkoba: 
  • Morfin

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat yang ditemukan pada opium.

 



  • Heroin

  • Ganja
 Ganja adalah tumbuhan budidaya yang menghasilkan serat. pada biji ganja terdapat zat narkotika.









Banyak sekali kita jumpai di televisi tentang kenakalan remaja terutama penggunaan narkoba dan narkotika sembarangan. Padahal dampak narkoba sangat berbahaya dan bisa berakhir pada kematian.
Berikut adalah dampak penggunaan narkoba bagi fisik penggunanya:


  • Wajah terlihat pucat
  • Kurang lancar buang air besar
  • Mata terlihat merah dan cekung
  • Selalu terlihat lesu dan lelah
  • Sering sakit kepala, suhu tubuh meningkat, mual-mual.
  • Berta badan akan turun secara drastis
  • Bibir berubah menjadi hitam
  • Gangguan pada paru-paru
  • Gangguan pada saraf-saraf 
  • Mati
Para remaja bisa terhindar dari narkoba dengan cara:
  1. Membiasakan hidup sehat
  2. Melakukan pergaulan yang baik
  3. Adanya pengawasan yang baik dari orang tua 
  4. Adanya dukungan dan bimbingan dari orang tua untuk berbuat baik
  5. Membatasi pergaulan yang bebas
  6. Adanya kesadaran diri bahwa tubuh itu adalah bait Allah
Maka dari itu mari kita jaga tubuh kita dengan mengatakan NO untuk NARKOBA!!!

Berikut adalah cuplikan mengenai narkoba:


https://www.youtube.com/watch?v=Om5XzhmCB7o

Terima kasih sudah membaca :)

Selasa, 14 Februari 2017

Cerpen romance singkat

By On 23.58
Cerpen adalah jenis karya sastra yang berisi cerita atau kisah manusia beserta seluk beluknya.

Cerpen terdiri dari beberapa struktur, yaitu :
  1. Orientasi (berisi perkenalan tokoh)
  2. Komplikasi (masalah-masalah yang sedang terjadi atau sedang dialami tokoh
  3. Resolusi (berisi penyelesaian masalah atau cara tokoh menyelesaikan masalah)
Berikut adalah contoh cerpen bertema romance. Cerpen ini aku buat untuk ujian praktek. Selamat membaca!


Go to Heaven
      “Kamu cantik!” Kata Harry Styles dengan senyum manisnya yang menggodaku. Aku tersenyum malu menatapnya. Oh my God, betapa beruntungnya aku, baru berumur 18 tahun, sudah menjadi milik Harry. Ini semua seakan hanya mimpi. Ia mendekatiku perlahan. Ya Tuhan, wajah tampannya mendekati wajahku. Semakin dekat, dan aku pun memejamkan mataku, takut melihat apa yang akan terjadi. Tiba-tiba, dia meneriaki namaku dengan keras “ROSE!!!”
      “ROSE!!! Ayo cepat bangun, ini hari pertama kuliahmu!” Oh, Harry kamu sangat peduli padaku. “Mama hitung sampai tiga. Kalo ga bangun, mama siram. Mama mulai, SATU…!!!” Mama? Loh, kok mamaku disini?
      “DUA…!!!” Halah, mungkin cuma halusinasiku saja.
      “TIGA!!!” Byuurrr… Aku kaget dan tersontak bangun dari tempat-ku. Aku melihat sekeliling. Ini adalah kamar tidurku. Ya, hanya mimpi. “Cepat mandi! Kamu kuliah nak.” tegas mamaku. Oh iya, hari pertamaku.  Aku kuliah di Universitas Indonesia Jakarta. Aku bergegas mandi dan bersiap.
      Setelah memarkir sepeda motorku, aku bergegas masuk mencari kelas jurusanku. Dengan tergesa-gesa, aku berlari kecil. Karena terlalu tergesa dan tidak melihat jalan, aku tak sengaja menginjak sesuatu, dan aku terjatuh menimpa seseorang didepanku. Bruukkk… “Duh! Kalo jalan lihat-lihat dong
      “Maaf, tadi aku tergesa-gesa.” jawabku tanpa melihat orang itu.
      Setelah membenahi diriku yang tadinya agak berantakan, akhirnya aku melihat orang itu. Seorang lelaki yang badanya agak tinggi jika dibandingkan denganku. Tinggiku saja sudah 169 cm, apalagi dia, batinku. “Apa kamu maba?” tanyanya tiba-tiba. Aku mengangguk. Ia menyuruhku mengkutinya, aku pun mengikutinya.
      “Kita sampai” katanya. Aku terdiam beberapa detik, memperhati-kan seisi kelas yang sangat gaduh. Aku berbalik dan hendak mengucapkan terima kasih. Namun, orang itu sudah pergi. Hisshhh, aku bahkan belum menanyakan namanya. Dasar orang tak tahu terima kasih, makiku pada diriku. Aku pun memasuki kelas dan mengambil bangku nomor dua dari belakang.
      Aku duduk selama lebih dari setengah jam, ini sangat membosan-kan. “Sangat membosankan, ga ada teman. Tidak ada satu orang pun yang mengajakku berkenalan. Kalau begini jadinya, aku bakal frustasi untuk masuk kuliah. Terus semesternya jadi banyak, uangku habis dan aku pun menjadi gelandangan. Haisshh..” keluhku kesal sendiri sambil memukul-mukul kepalaku tanda frustasi.
      “Sstttt.. berisik banget sihh. Kalau ga punya teman, ga usa curhat.” sahut seorang lelaki disampingku.
      SKSD! Aku tak mengenalnya, tahu pun tidak. Biar kelihatan cool, aku hanya meliriknya dengan tatapan judes. Ketika aku mau memaling-kan mata, mataku menolak. Mataku terus meliriknya. Aku ingin berpaling, tapi tidak bisa. Dewi batinku terlalu terpesona dengan wajah tampannya. Gayanya yang cool juga membuat mataku semakin betah melihatnya. Dasar gila, batinku.
      “Apa aku terlalu ganteng, sampe-sampe kamu terus melirikku?” Pertanyaan lelaki itu sontak membuyarkan lamunanku. Menyadari pertanyaan itu, aku sangat malu. “Ihhh, jijik! Siapa juga yang ngelirik kamu. Ada kotoran menempel di pipimu tau!” kataku bohong. Ia menatapku sambil mengusap pipinya. Lalu, ia berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar. Aku hanya menatapnya yang berjalan memunggungiku. Sebelum ia keluar kelas, ia menoleh. Ia tersenyum sambil mengedipkan mata padaku. Lesung pipitnya membekukanku. Aku hanya menatapnya bingung. Baru beberapa menit aku bertemu dengannya. Kita bahkan belum berkenalan. Tapi ia sudah mem-perlakukanku layaknya kita sudah akrab. SKSD, batinku.
      Setelah agak lama, akhirnya dosen datang. Dari tampangnya, aku bisa menyimpulkan bahwa dia adalah dosen killer yang suka meme-lototi orang. Dosen itu menyapa kami semua dengan cuek. Dasar, dosen sombong! “Saya Dorothy, Dosen Kimia. Saya mengenalkan diri karena saya melihat seorang maba yang sedang menilai saya. Kenalkan dirimu!” Mendengar hal itu, sontak aku melebarkan mata dan berdiri. Seketika itu juga, seluruh mata tertuju padaku. Memang benar dugaan-ku, dia adalah guru killer. Mengapa dia bisa membaca pikiranku? Pikirku bingung. Mungkin ia juga nenek sihir, ledekku dalam hati. Aku pun maju ke depan. Meski sedikit gugup, aku tetap memperlihatkan ke-tenanganku.
      “Perkenalkan saya…” Srak! pintu terbuka. Sekarang, semua mata tertuju pada pintu itu. Aku pun ikut melihat pintu itu. Lelaki tampan itu berdiri sejenak di dekat pintu sambil menatapku dan memberikan senyum kecutnya. Meski hanya senyum kecut, rasanya masih manis karena lesung pipitnya.
      Aku pun melanjutkan perkenalanku. “Saya Rose Tate, kalian bisa memanggilku Rose. Aku lahir tanggal 16 Desember 1998 di Bali, Indonesia. Aku suka coklat, tapi tidak suka permen. Aku bukan tipe orang yang jahat juga bukan tipe orang yang terlalu baik. Kuharap kalian menyukaiku.”
      “Aku sudah menyukaimu” teriak lelaki itu dari belakang, membalas perkenalanku. Aku mengabaikannya dan kembali ke tempat dudukku. Dosen itu memandangi lelaki tampan disebelahku dengan wajah memaki.
      “Sudah lama sekali tak melihatmu Jack Rush. Tampaknya tak ada yang mengenalmu disini.” Rush? Siapa itu? Tiba-tiba lelaki itu berdiri dan maju ke depan kelas.
      “Namaku Jack Rush. Kau bisa memanggilku Jack. Kuharap kalian tidak menyesal berada di kelas ini.” Ia hanya menatapku seolah ia hanya memperkenalkan diri padaku saja. Oh, jadi namanya Jack, Rush, Jack Rush. Nama yang cool sama seperti orangnya.
***
      Sepulang sekolah, aku menyempatkan untuk ke toko buku. Tanpa sengaja aku melihat sosok laki-laki yang familiar di mataku. Aku mengulang memoriku di kuliah dan aku berhasil mengingatnya. “Hey!” sapaku padanya. Ia lelaki yang telah kutabrak tadi pagi.
      “Oh, hai! Ngapain kau disini?” balas lelaki itu sekaligus bertanya.
      “Mencari majalah. Kalo kau?” tanyaku sama sepertinya sambil menaikkan salah satu alisku.
   “Entahlah, membeli kado.” jawabnya sambil mengedikkan bahu. Karena penasaran, aku pun bertanya “Untuk siapa?”
      “Sahabatku.” jawabnya singkat.
      “Oh.. Mau kubantu? Aku pintar dalam memilih buku.” tanyaku sambil menyombongkan diri. Ia mengedikkan bahunya lagi lalu pergi mencari buku. Aku mengikutinya sambil mencari majalah yang ingin kubeli. Kulihat ia mengambil salah satu novel bercover biru muda. Ia membaca sinopsisnya. Lalu tatapannya berpaling ke arahku.
      “Hey, siapa namamu?” tanyanya dengan santai. Aku pun mem-beritahukan namaku dan bertanya balik padanya.
      “Maxon. Panggil aja Max. Rose, apakah ini novel bagus?” ta-nyanya sambil menyodorkan novel itu padaku. Aku pun mengambil dan membacanya. Go to Heaven, judulnya. Novel ini berkisahkan perjuangan seorang lelaki yang mempertaruhkan kehidupan demi cintanya.
      “Kuakui aku menyukainya. Ternyata, kau pintar memilih novel.” jawabku tersenyum lebar. Ia hanya mengedikkan bahu dan tertawa. Aku pun tertawa. Kami berbincang banyak tentang novel terbaik yang pernah dibaca. “Btw, makasih udah mengantarku ke kelas tadi pagi.” ucapku usai berbincang dengannya.                                                                                                
***
      Keesokan harinya, aku memutuskan datang ke kuliah lebih pagi. Sesampainya disana, aku mengitari kuliahku dan tiba di balkon lapangan lari. Dari balkon ini, lapangan terlihat sangat luas. Bentuknya juga menyerupai stadion sepak bola. Aku memutuskan untuk duduk di salah satu bangku penonton yang tepatnya berada di baris tiga dari depan. Aku membaca novel yang kubeli sama seperti Max, Go to Heaven.
      “Hey pretty! Sedang memperhatikanku?” Jantungku berdetak kencang. Aku yakin, ia adalah Rush. Dan benar dugaanku. Ia berdiri di balik pagar, pembatas antara balkon dan lapangan. Aku berlagak sok mahal. Aku menatapnya sekilas, berbalik lalu pergi meniggalkannya. “Come on, jangan pergi… Aku hanya bercanda. Jika kau kembali, aku tak kan mengganggumu. I swear.” mohonnya dengan nada agak menyesal.
      “Kupegang kata-katamu!” kataku berlagak mengancam. Dia meng-acungkan kedua jarinya, tanda peace. Aku pun duduk di tempat tadi dan kembali membaca novelku. Aku meliriknya sedikit, dan ia sedang menatapku. Berulang kali aku meliriknya lagi, ia sedang menatapku. Karena risih, aku balas menatapnya sengit.
      “What?” tanyaku agak kesal.
      “Sudah kubilang, kau cantik.” jawabnya sambil tertawa. Aku tak membalas tawanya. Aku hanya menatapnya diam. Lalu ia pun menghentikan tawanya. Dia tersenyum padaku, menunjukkan lesung pipitnya. Lalu menatapku beberapa detik. “Besok, jika kau ga ada acara.. Nontonlah bersamaku!”
      “Kalo ga mau, gimana?” tanyaku balik.
      “Kau harus mau! Kalau tidak aku akan menangis sepanjang malam, dan kau harus bertanggung jawab. Aku mengajakmu dengan status teman. Jadi ga masalah kan kita nonton bersama?” jelasnya. Aku mengangkat salah satu alisku dan menatapnya, lalu tertawa. “Alay!” ejekku padanya. Dia tertawa. Harapanku sih lebih, batinku.
      “Okelah, jam berapa? Dimana?” tanyaku sambil menahan senyum. “Besok, jam enam sore, kujemput kau di rumahmu” jawabnya sambil tersenyum lega. Aku pun berbalik dan berniat pergi dari tempat itu. Karena aku tidak bisa menahan senyumku lagi.
      “Tate! Kemarilah sebentar!” teriaknya karena aku hampir mendekati pintu keluar. Aku berbalik. Ia menggerakkan kepalanya, mem-berikan kode agar aku ke arahnya. Aku pun berjalan ke arahnya. Aku berhenti di barisan bangku nomor dua. Ia mengisyaratkan agar aku lebih dekat. Aku pun turun satu tangga dan berada di depan bangku nomor satu. Dari sini, aku bisa melihat Rush penuh dengan keringat. Itu membuatnya terlihat sangat cool.
      “Kemarilah, dekatkan telingamu! Aku mau mengatakan rahasia penting padamu.” katanya sambil mengedipkan mata padaku. Aku pun mendekatkan telingaku ke wajahnya yang terhalang oleh pagar bersekat. Jantungku berdetak sangat kencang, Dag… Dig… Dug… Dag… Dig… Dug…
      “I LOVE U, Tate!” bisiknya. Deg! Jantungku serasa berhenti berdetak. Lalu ia kembali berlari dan meninggalkanku. Aku terdiam dan langsung berbalik badan. Aku juga menyukaimu Rush. Semoga kau peka, batinku. Aku tersenyum bahagia. Aku merasa seperti… go to heaven.
       Setelah kejadian itu, aku menuju ke kelasku. Aku mengambil tempat duduk di paling depan. Aku berniat menjaga jarak dari Rush hingga esok. Kejadian tadi sangat melekat di memoriku dan membuatku malu bertemu dengannya. Selama pelajaran berlangsung, aku senyum-senyum sendiri membayangkan hal yang terjadi tadi pagi. Aku berharap pelajaran ini cepat berakhir, takut kalau-kalau ada yang melihatku salting. Akhirnya pelajaran berakhir, aku memutuskan langsung pulang. Aku mengistirahatkan tubuhku dalam khayalan indah, berharap esok kan datang lebih cepat.
***
      Keesokan harinya, pukul tiga sore, aku sudah bersiap-siap. Takutnya, dia datang lebih awal. Aku menunggunya. Waktu terus berputar, hingga jarum jam menunjukkan angka lima. Aku sangat bosan, dan akhirnya memutuskan untuk menghirup udara luar. Ketika aku membuka pintu keluar, aku langsung berhadapan dengan seorang lelaki, Rush. “Ehmm... Hai Tate!”
      “Rush? Sejak kapan kau disini”? tanyaku dengan perasaan yang sama sepertinya. Gugup. Ya, kurasa itu yang kita rasakan sekarang. Ia bilang, ia telah menungguku dari pukul tiga, hanya saja ia takut untuk menekan bel rumahku. Setelah beberapa percakapan yang agak canggung, kami memutuskan untuk menuju ke bioskop. Selama film bermain, kita diam seribu bahasa. Kita hanya saling menautkan jemari kami sambil menikmati film yang sedang ditayangkan. Setelah menonton, kita pergi ke tempat makan. Kami tetap diam hingga makanan kami sudah lenyap tanpa sisa.
      “Kurasa kita tidak cocok jika hanya berteman. Aku ingin lebih dari sekedar teman.” Pernyataannya di tengah keheningan kami. Aku bingung mencerna kata-katanya. Antara dia tidak mau berteman denganku atau alasan lainnya. Aku pun menanyakan apa maksud pernyataannya.
      “Kita perlu lebih dari sekedar teman. Maukah kau …...?” jawabnya disertai pertanyaan yang mengambang. Aku mengangkat salah satu alisku, mengisyaratkannya untuk melanjutkan pertanyaan.
      Ia menatap mataku dengan lekat dan mulai berkata, “Aku mencintaimu. Aku mau kamu jadi orang terakhir dalam hidupku. Maukah kau jadi orang terakhir dalam hidupku, Tate?”
      “Bagaimana bisa? Kau baru mengenalku sekitar dua hari yang lalu. Apa kau mau mempermainkanku?” Tanyaku dengan perasaan yang bercampur aduk.
      “Aku sudah memikirkannya dengan matang. Jika kita jadian dengan cepat, kita bisa menghabiskan waktu lebih lama. Aku tidak akan pernah mempermainkanmu. Percayalah, aku serius. Sangat sangat serius!” katanya dengan mantap. Aku tak menyangka dia bisa berkata seperti ini. Wajahnya memang menyiratkan keseriusan yang amat pasti. Aku tak bisa menahan senyumku lagi. Aku pun mengatakan ya. Sepertinya, sekarang wajahku sedang memancarkan aura kebahagiaan. Setelah kami resmi berpacaran, Rush mengantarku pulang.
      Sebelum aku turun dari mobil, Rush menahan tanganku. Lalu, ia berteriak di dalam mobil, “I LOVE U, TATE!”
      Aku tertawa, dia tertawa, dan kami saling bertatapan. Setelah tawa kami berhenti, kami bertatapan dalam diam. Aku berkata dengan penekanan pada namanya “I love u too, RUSH!” Setelah mengatakan hal itu, aku bergegas turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke halaman rumah. Setelah sampai di depan pintu rumahku, aku berbalik dan melihatnya sekali, lalu menutup pintu rumahku. Saat ini, aku sedang bahagia. Aku sangat bahagia. Untuk kedua kalinya, aku merasa… go to heaven.
***
      Sudah dua tahun sejak kami resmi berpacaran. Kini, aku sudah tau siapa sahabat karibnya Rush. Max lah sahabatnya. Ternyata, Max membeli buku itu untuk Rush. Semua orang memanggil nama depan kami. Jadi kami memutuskan memanggil satu sama lain menggunakan nama belakang. Tate, Rush. Kami banyak menghabiskan waktu bersama. Kami suka menonton. Kami membaca novel yang sama, Go to Heaven. Kami sering berenang di kolam anak kecil, karena aku tidak bisa berenang. Terkadang kami memiliki masalah kecil yang menyebabkan pertengkaran. Tetapi kami selalu bisa menyelesaikannya bersama. Jadi, kurasa kami adalah pasangan paling bahagia di muka bumi. Hingga suatu masalah aneh menimpa kami.
      Sejak awal November, Rush tidak mau bertemu denganku. Ia bahkan tidak menghubungiku dan tidak membalas satu pun SMS dariku. Entah apa alasannya, itu membuatku sangat kesal. Tiba saatnya, aku berulang tahun yang ke 21. Aku memutuskan untuk menetap di rumahku tanpa merayakannya, apalagi dengan Rush. Aku marah dengannya.
      Bippp… Bippp… handphoneku berdering. Aku berharap itu SMS dari Rush. Harapanku terkabul. Tapi isinya membuatku diam mematung. “Ini Max. Cepat temui aku di Rumah Sakit Pelita! SEKARANG! PENTING!”
      Tanpa membalas pesan itu, aku langsung menuju mobilku. Aku mengendarai mobilku secepat yang aku bisa. Aku pun tiba di Rumah Sakit Pelita. Segera aku masuk dan mendapati Max disana. Ia mengantarku ke sebuah ruangan, dan disana aku menemukan seorang yang selama ini kurindukan, Rush. Ia terbaring di kasur itu dengan wajah yang sangat pucat. Aku pun menyapanya “Rush?”
      Ia tersenyum dan membalasku dengan suara yang hampir tak bernyawa. “Happy Birthday, Tate”
      “Oh thanks Rush. I miss you so bad” jawabku dengan lirih. Tak kusadari air mataku menetes. Aku mendekatinya dan memegang tangannya erat., lalu mengecupnya lama. Aku tidak bertanya mengapa ia disini. Aku hanya merindukannya. Semua amarahku hilang begitu melihatnya.
      Ia menatapku sambil tersenyum. Lalu ia memejam perlahan sambil berbisik padaku, “I LOVE U, TATE!
      “I LOVE U TOO, RUSH! I LOVE U!” teriakku membalasnya. Seketika itu, ia benar-benar terpejam. Monitor menggambarkan garis lurus dan berbunyi. Aku langsung memeluk Rush dengan sangat erat. Aku menangis. Aku menangis dalam peluknya. Ia pacar terbaikku. Ia kekasihku. Ia calon suamiku. Ia hidupku. Aku tak sanggup menerima takdir ini. Aku benci dengan takdir ini. Mengapa Tuhan hanya mengambilya? Kenapa harus Rush? Kenapa tidak kita berdua? Aku mencintainya, Tuhan. Sangat sangat mencitainya. Aku ingin selalu bersamanya.  Berada di pelukkannya membuatku seperti go to heaven. Sekarang ia sudah tiada, aku tidak bisa merasakan apapun. Jantungku, hatiku, semuanya terasa hilang.
***
      Hari ini adalah hari Rush akan dimakamkan. Orang tuaku meng-hadiri pemakamannya, sedangkan aku tidak. Aku tidak sanggup pergi ke sana. Aku menetap di kamarku dan menangis. Aku meneriakkan nama Rush, tapi ia tak kunjung datang. Aku terus menangis membiarkan air mataku terbuang percuma.
      Seseorang mengetuk pintuku dan masuk ke kamarku. “Rose, ikutlah denganku. Ada sesuatu yang ingin Rush tunjukkan padamu.” ajaknya. Karena aku hanya diam sambil menangis, Max membopongku ke mobilnya dan mengantarku ke suatu tempat. Di tempat ini, terdapat rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Rumah ini dikelilingi rerumputan dan taman yang berwarnawarni. Tempat ini sangat indah dan sangat berlawanan dengan perasaanku sekarang. Max menarikku masuk ke dalam rumah itu. Aku mendapati banyak kelopak bunga yang diatur membentuk sebuah hati. Di tengah hati itu tertuliskan “RUSH dan TATE” dengan ukiran yang sangat indah. Di dinding rumah itu terdapat banyak fotoku, foto Rush, dan foto kami bersama.

      “Rush memberikan rumah ini sebagai hadiah ulang tahunmu. Ia sengaja membuat ini, sebelum kanker dalam tubuhnya menggerogoti hidupnya. Ia sangat mencintaimu. Ia begitu merindukanmu. Aku ingin memberitahumu tentang hal ini. Tapi, Rush melarangku. Ia mau menghabiskan sisa hidupnya dengan melihat senyummu. Ia tidak mau melihatmu sedih karena hal ini. Maafkan aku Rose.” kata Max dengan penyesalannya yang begitu besar. Aku menangis terisak-isak, berteriak memangil Rush, menghina diriku yang begitu bodoh. Max memelukku, mendiamkanku dalam dekapannya. Tapi aku terus menangis, aku tak bisa menghentikannya. Aku membenci diriku. Aku membenci ulang tahunku. Aku benci cinta. Aku benci, Rush benar-benar… “go to heaven”.

karya : Michelle Jeanie

Rabu, 25 Januari 2017

Cara Menghindari Kecanduan HP

By On 19.03
Kecanduan Alat Teknologi

Zaman semakin berkembang, begitu juga teknologi yang ada. Teknologi semakin banyak macamnya. Mulai dari style, fungsi, dll. Berkembang pesatnya teknologi membuat orang-orang memiliki kecanduan yang berlebihan, terutama pada HP/handphone



Kecanduan yang berlebihan mempunya dampak negatif bagi pecandunya, yaitu : 
  • Menghambat berkembangnya sosialisasi yang nyata.
  • Kurangnya rasa kepedulian dan kepekaan pada diri pecandu.
  • Menimbulkan sikap malas bagi pecandu.
  • Terkadang, membuat pecandu lupa waktu.
  • dll
Kita boleh menggunakan teknologi, tetapi sebaiknya lebih dibatasi agar tidak menimbulkan sifat kecanduan.
Cara menghindari kecanduan HP/handphone :
  1. Kurangi alat teknologi yang ada di rumah. Kalian tidak perlu membuangnya, kalian bisa menjualnya. sehingga bisa menambah simpanan uang.
  2. Buatlah jadwal bermain alat teknologi. Setiap bermain teknologi, usahakan anda selalu memperhatikan waktu. Karena, ada pepatah time is money guys.
  3. Siapkan waktu selama 24 jam tanpa memegang handphone/HP. Bisa dilakukan ketika akhir pekan atau saat sedang libur kerja atau libur sekolah.
  4. Carilah kesibukan dan aktivitas yang tidak memerlukan alat teknologi. Seperti berkebun bersama, memasak bersama, bermain alat musik, bermain (monopoli, ular tangga, catur, kartu remi, poker, dll), olahraga, merajut, dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan tanpa menggunakan alat teknologi.
  5. Jangan buang waktu bersama keluarga atau temanmu. Usahakan tidak ada yang memegang handphone saat makan bersama. Cobalah berbicara dan berbaur dengan mereka, seperti curhat, bercerita, berpendapat, memberi usulan rekreasi, dsb.
Dengan melihat video ini, kamu bisa semakin sadar akan penggunaan teknologi yang berlebihan,
 Terima kasih

Rabu, 18 Januari 2017

My Greetings

By On 18.23
Hai! Welcome to my blog. Hope u enjoy.

Hai! Selamat datang di blogku. Selamat Menikmati.

안녕하세요! 내 블로그에 오신 것을 환영합니다. 즐길 수 있습니다.

Hi! Benvenuti nel mio blog. Godetevi.

Hi! ยินดีต้อนรับสู่บล็อกของฉัน เพลิดเพลิน

Привет! Добро пожаловать в мой блог. Наслаждайтесь.

こんにちは!私のブログへようこそ。お楽しみください。

Hi. Aloha i koʻu moʻomanaʻo. Ana.

嗨!欢迎光临我的博客。享受。

Popular